Aku yang Depresi

Blog, aku ingin bercerita kepadamu. Aku sangat depresi. Aku dipenuhi rasa takut, cemas, dan aku sangat lelah, Blog. 

Setiap malam datang, hari-hariku menjadi sangat kelam. Aku lelah, tapi aku sadar ada banyak hal yang harus aku selesaikan. 

Banyak pekerjaan yang akhirnya terteter tak bisa kukerjakan. Iya, aku tahu dan aku sadar. Semua ini memang pilihanku.

Sudah seharusnya aku bertanggung jawab atas semuanya.

Namun, nyatanya aku tak sanggup, Blog.

Aku benar-benar kalut, aku ragu dan takut akan skripsiku. Aku tidak kunjung berprogres, Blog. 

Aku telah mengabaikan pekerjaan di tempat magangku di Pantau. Aku sudah seminggu tak menghubungi radakturku. Aku muali stres dengan Social Connect, aku mulai hilang arah. 

Semua mulai terasa membuatku semakin marah terhadap diriku sendiri. 

Blog, apa yang harus aku lakukan?

Aku betul-betul sangat lelah, Blog.

Aku juga kesepian. Aku merasa tak mampu memikul semua beban ini. Aku tak ingin mengecewakan siapa pun, tetapi lihatlah apa yang bisa aku lakukan setiap hari?

Nihil.

Aku mulai rahu apakah aku mampu lulus di semester ini? Dengan kinejaku yang demikian bobrok itu?

Tidakkah kau berpikir bagaimana malu dan hancurnya orang terdekatku bila mereka mendapati fakta aku tak bisa lulus dalam empat tahun?

Itu memalukan, dan menakutkan, Blog.

Namun, sekali lagi. Lihatlah bagaimana progresku hari ini?

Aku bahkan telah menyia-nyiakan waktu selama 4 bulan untuk tidak melakukan apa pun. 

Kau lihat betapa pemalasnya diriku.

Betapa kacaunya aku.

Sekarang, siapa yang salah?

Ya!

Dunia tentu tahu.

Ini semua salahku. Salahku yang sangat bodoh dan tidak memedulikan hal-hal yang akan datang.

Mampukah aku memperbaiki semuanya, Blog?

Mampukah aku mengejar kekawanku yang sudah lebih dulu berprogres dengan sangat cepat dan sangat baik dalam penyusunan skripsi ini?

Aku yakin, aku masih punya kesempatan itu.

Aku tahu, hal itu bukan hal yang mustahil.

Kau juga yakin begitu, kan Blog?

Blog....

Aku punya banyak platform untuk menyalurkan semua keresahanku. Tapi lihatlah, aku ternyata hanya nyaman menceritakan semuanya padamu. Kau memang sahabatku yang pertama. Kau selalu mengerti dan sangat pandai menjaga rahasia.

Blog. Aku bisa lulus di semester ini. Aku bisa. 

Doakan aku ya Blog. Kau satu-satunya teman yang berani kuajak bercerita dengan sebegini blak-blakannya. 



Komentar