Hai, kamu!
Percaya nggak, setelah sekian lama kita tak bertemu dan saling menemani, kini, sepertinya aku merindukanmu. Iyadeh, silakan kalau mau geer, bener kok, emang aku kangen sama kamu. Inget nggak dulu waktu aku masih sekolah, kita tuh ketemu setiap hari, bahkan sampai larut malam, dan iya, tak ada hari libur untuk nggak ketemu yaa kita. Padahal, padahal apa? Aku kan sebel banget sama kamu. Tapi kamu masih aja berjuang buat bisa nempel dikepalaku, dan akhirnya aku juga berjuang banget untuk menerima kamu. Rintangan yang aku hadapi untuk bisa bersama kamu itu nggak gampang yah, kamu pasti masih inget betapa sering aku nangis karena kamu coba. Betapa banyak saksi mata yang melihatnya, dan pada akhirnya, ya, aku seneng banget bisa lepas dari kamu. Aku seneng banget. Nggak ada lagi yang ngebebanin kepala aku. Kita berpisah dengan cara terhormat. Aku bisa melepasmu dengan senyuman. Dan, untuk pertama kalinya aku pingin bilang terima kasih untuk kisah kita. Terima kasih kamu!
Jujur, aku pernah berpikir untuk kembali menghubungimu, aku ingin lagi memperjuangkan kisah kita, tapi, ternyata jalan takdir belum mendukung. Aku tak jadi mendekatimu. Aku kira saat ini bukan waktunya, tapi kuharap kau mengerti bahwa aku kini lebih sering memikirkanmu.
Aku masih mempertimbangkanmu dari banyak pilihan, aku yakin kau dikirim Tuhan bukan karena kebetulan, tapi karena Takdir.
Hai, kamu!
Hari ini aku belum jatuh cinta padamu, bahkan selama ini sebetulnya aku tidak pernah mencintaimu, nggak tahu kalau besok.
Tulisan ini ditujukan untuk dia yang bernama Akuntansi.
Wassalam, jangan lupa berkomentar, gratis kok! ;)
Percaya nggak, setelah sekian lama kita tak bertemu dan saling menemani, kini, sepertinya aku merindukanmu. Iyadeh, silakan kalau mau geer, bener kok, emang aku kangen sama kamu. Inget nggak dulu waktu aku masih sekolah, kita tuh ketemu setiap hari, bahkan sampai larut malam, dan iya, tak ada hari libur untuk nggak ketemu yaa kita. Padahal, padahal apa? Aku kan sebel banget sama kamu. Tapi kamu masih aja berjuang buat bisa nempel dikepalaku, dan akhirnya aku juga berjuang banget untuk menerima kamu. Rintangan yang aku hadapi untuk bisa bersama kamu itu nggak gampang yah, kamu pasti masih inget betapa sering aku nangis karena kamu coba. Betapa banyak saksi mata yang melihatnya, dan pada akhirnya, ya, aku seneng banget bisa lepas dari kamu. Aku seneng banget. Nggak ada lagi yang ngebebanin kepala aku. Kita berpisah dengan cara terhormat. Aku bisa melepasmu dengan senyuman. Dan, untuk pertama kalinya aku pingin bilang terima kasih untuk kisah kita. Terima kasih kamu!
Jujur, aku pernah berpikir untuk kembali menghubungimu, aku ingin lagi memperjuangkan kisah kita, tapi, ternyata jalan takdir belum mendukung. Aku tak jadi mendekatimu. Aku kira saat ini bukan waktunya, tapi kuharap kau mengerti bahwa aku kini lebih sering memikirkanmu.
Aku masih mempertimbangkanmu dari banyak pilihan, aku yakin kau dikirim Tuhan bukan karena kebetulan, tapi karena Takdir.
Hai, kamu!
Hari ini aku belum jatuh cinta padamu, bahkan selama ini sebetulnya aku tidak pernah mencintaimu, nggak tahu kalau besok.
Tulisan ini ditujukan untuk dia yang bernama Akuntansi.
Wassalam, jangan lupa berkomentar, gratis kok! ;)
Komentar
Posting Komentar