Tiga Puluh Tujuh Menit Hari Ini

Minggu, 15 Mei 2016, 0:37
Di tiga puluh tujuh menit hari ini izinkan aku menulis ini untukmu. Apakah terlalu awal, mungkin iya, untuk ukuran aku yang bukan siapa-siapa.



Suasana formal ini
Aku mengenalmu

Terikat di satu lokal 
Berteman tanpa pandang strata sosial
 
Kubalut dalam torehan tinta
Tentang kesan yang pernah ada
Meski aku tak lama mengenalmu
Tapi kau telah mewarna hariku


Secara angka aku lebih tua
Secara mental mungkin kau adalah kakaknya
 

Maaf kalau tidak suka aku menulisnya
Tapi, mungkin kau harus tahu

Keputusanku adalah menulismu disamping cerita lain kehidupanku
Jika kau madu, itu berlebihan, maaf, kau tak semanis itu
Jika kau es, memang dingin, namun tak sampai begitu
Siapa dirimu?
Komposisimu apik
Tak berlebihan, tapi menyamankan 


Entahlah, mungkin benar
Mungkin keliru
Jangan mengira aku salah paham 

Apapun itu aku tak ingin dengar
Satu saja,
Biarkan,
Biarkan aku menganggapmu begitu
Izinkan terus memanggilmu, Dik

 
Aku memang sedang salah paham
Salah paham yang kelak kutahu kenyataannya akan menyesakkan
Tapi ini hatiku, salahkah bila kuteruskan?
Jangan ikut salah paham
Jangan!
Biar aku saja yang melanjutkan
 

Dalam setiap pembicaraan kita
Aku mengamatinya

Kita ibarat air dan api
Biar saling bersebrangan, namun bukan alasan berhenti berteman


Terima kasih telah mendengarku
 

Aku senang bisa mengenalmu, sungguh
Begaimana denganmu

Itu urusanmu

Aku senang merasa kau juga baik-baik saja mengenalku
Tapi kalau tidak pun, aku tetap baik-baik saja


Dik, esok kita sudah tak bertemu
Tak akan ada sesuatu terjadi
Tapi kalau saja kau tahu, aku tak akan melupakanmu
Ini pamitku...
Meninggalkan lokal yang memperkenalkan kita
Kabarkan padaku nanti,

Saat sang merah tua terharu atas kilauan prestasimu
Dan prestasi kawan-kawanmu,

Yang sama, sama-sama adikku

Hari ini satu tahun yang lalu
Pernah juga kukirimkan pesan yang serupa ke ponselmu
Seharian kutunggui jawabmu 

Adakah jawab yang menenagkanku
Sayangnya tak ada pesan apapun darimu dihari itu
Lalu kutahu, pesanku tak sampai padamu


Satu tahun telah berlalu
Dan tak bosan kutorehkan lagi rangkaian kata
Nyaris tak berharga, berselimut pamit

Tapi entah akankah ini terbaca
Mengapa tak kirim pesan singkat saja?
Ah, lewat apa saja asal yang disemogakan didengar oleh-Nya
Lagi pula aku bukan siapa-siapa
Memangnya aku ini siapa

Dik,
Selamat 15 Mei
Selamat 17 tahun
Selamat legal berdemokrasi secara sah

Selamat makin tua
Jaga kesehatanmu
Jaga semangat perjuangan untuk mimpi-mimpimu
Semoga makin pandai dan rajin belajar
Kutunggu dirimu dengan profesi yang kau tuliskan padaku waktu itu
Iya, apa pun  itu selalu kusemogakan menjadi masa depanmu
Dik, aku tahu banyak yang mengandalkanmu
Jadi menjadilah baik, mereka butuh dirimu
Selamat berhari jadi dan jayalah selalu, adikku yang juga selalu
 

Haruskah kutulis ini juga?
Sayang padamu dan mereka begitu dalam, 
Iya mereka
Sudah begitu saja


Perpisahan tak menyidihkan
Yang menyedihkan adalah bila habis itu saling lupa
Jadi jangan ingat aku,


Dan itu akan sangat menyedihkan
Nb: beberapa larik puisi meminjam larik puisi penulis idola, A.Adha.

Komentar

  1. Aku merasa tak asing dengan manusia yang penulis panggil dik, mungkin dia terlalu sibuk untuk sekedar membaca. Dasar anak muda itu memalukan. Baru kulihat tulisan ini. Sungguh apik bagiku, yang tak pandai menulis. Rasanya penasaran menunggu apa balasannya dari 'adik' tersebut. Segera ingin tahu apa balasan yang sesuai dengan tulisan di atas. Tapi ku yakin dia tak sepandai penulis dalam hal menulis. Jadi lupakan saja. Lagi pula matahari sudah terlanjur terbenam kemarin. Walau mungkin akan terbit lagi. Tapi 'dik' tersebut terlalu acuh untuk sekedar membalas.

    Terima kasih telah memanjakan pembaca dengan tulisan mu. Semoga penulis menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari sekedar tulisannya. Tapi rasa nya penulis dan adik tersebut masih terasa tak asing walau mungkin kalian berdua sekarang dalam keadaan seperti orang asing.
    Sebagai pembaca saya berharap yang terbaik bagi kalian berdua.
    Semoga.

    Sekian.

    Nb: aku tak pernah bercanda bahwa aku pasti menyempatkan waktu ku untuk singgah dan membaca dalam diam.

    BalasHapus

Posting Komentar