Menulis Surat? Boleh Juga

Menulis surat bukan perkara yang susah, tapi juga nggak begitu mudah. Bergantung kepada kebiasaan kita. Celakanya, memulai kebiasaan baru dan mengubah kebiasaan lama nggak gampang. Kadang malah sulitnya minta ampun. Saat kita terbiasa nyantai, ketika diminta untuk giat, juga perlu adaptasi. Nggak mudah. Begitu juga sebaliknya. Tapi, yakinlah bahwa kita bisa memulai kebiasaan baru. Tentu yang baik dong. Coba ya… Dengan menulis surat, kita belajar untuk mengungkapkan perasaan kita secara penuh lewat tulisan. Kita bisa menggunakan pilihan kata yang pas untuk pembaca. Pembaca itu bisa teman dekat, ayah, ibu, kakek, nenek, adik, kakak, atau malah orang yang asing sekalipun, alias yang belum pernah kita kenal. Surat, adalah cara yang cukup efektif untuk berkomunikasi. Lihai atau tidaknya kita berkomunikasi dengan orang lain, bisa dilihat dari apa yang disampaikan dalam surat itu. Bahasa, pilihan kata, dan bagaimana cara merangkai kata-kata itu menjadi tulisan. 

Tapi, bagaimana cara menulis surat ya? Langsung saja. Nggak usah bingung-bingung. Apa yang ada dalam benak kamu segera tuliskan di kertas putih itu, atau buruan tekan tuts-tuts keyboard komputermu. Nggak ada yang sulit kok. Tapi gimana kalo jelek? Lha, kan namanya juga belajar. Salah-salah dikit, atau mungkin banyak nggak masalah. Bahkan kalo yang belajar langsung bisa, nanti nggak nikmat deh. Nggak seru. Nggak bisa cerita ke teman, gimana suka-dukanya bikin surat. Seperti dalam ungkapan sebuah iklan, “Nggak ada noda, ya nggak belajar”. Jadi, kegagalan adalah awal dari kehancuran, eh, kegagalan adalah awal dari sebuah keberhasilan. He..he..he..

Menulis surat itu mengasyikan lho. Bener. Pengalaman saya waktu kecil seru juga kalo bikin surat. Nggak panjang-panjang. Cukup beberapa kalimat saja. Singkat banget. Waktu itu yang penting bisa menyampaikan pesan. Surat buat teman memang yang paling banyak waktu itu. Nah, pas udah jauh dari orangtua, karena harus melanjutkan sekolah di kota lain, surat yang paling sering saya tulis adalah untuk ortu dan adik, juga untuk teman dekat. Bisa ditebak surat untuk ortu, isi suratnya berkaitan dengan kondisi keuangan. Biasanya kalo udah menipis, pasti deh isi suratnya adalah minta dikirim wesel. Pernah juga minta ortu supaya datang ke kota tempat saya belajar, kalo saya kangen. Asyik lho. Dan, tentunya orang ngerti dengan apa yang kita maksud. Biar klop. Apalagi sekarang, jamannya lewat surat elektronik (e-mail), kiat bisa nulis surat ke banyak orang via mailing list. Mudah dan murah lagi.

Surat yang kita tulis, siapa tahu bisa membantu menyemangati teman kita yang baru patah hati. Siapa tahu juga surat kita bisa menyelamatkan ortu kita dari perceraian. Malah mungkin surat untuk calon pasangan hidup kita. Bener. Kalo kita mau khitbah tapi nggak kuasa diungkapkan langsung dengan kata-kata, atau malu kalo harus nitip lewat teman untuk menyampaikan perasaan hati kita kepada orang yang kita sukai, surat bisa menjadi pilihan paling aman. Saya pernah kok melakukan itu. Saya mengirim surat kepada orang yang sekarang menjadi istri saya. Seru juga lho.

Bang Eka Budianta dalam bukunya Menggebrak Dunia Mengarang, memberikan contoh orang-orang besar yang juga hobi menulis surat. H.B. Jassin misalnya, ia menulis ribuan surat untuk pengarang-pengarang Indonesia. Dengan surat ia membesarkan hati dan memberi semangat kepada penulis di negeri ini. Kumpulan suratnya bisa kamu beli di toko-toko buku terkemuka. H.B. Jassin adalah seorang di antara penulis surat terbaik selain Iwan Simatupang dengan surat-surat politiknya, dan Leila Budiman dengan surat-surat psikologisnya. Ia mengasuh ruang konsultasi pribadi di harian KOMPAS setiap hari minggu.
Surat-surat Roosevelt kepada istrinya, Nehru kepada putrinya, Indira, termasuk kumpulan surat terlaris di dunia. Atau surat-surat Mariam Jamilah kepada al-Maududi itu juga merupakan surat yang mampu memberikan nuansa tersendiri kepada pembaca lainnya. Mengapa mereka bisa? Karena mereka mencintai bahasa. Jadi, mulailah menulis surat. Oya, sekarang malah ada fasilitas blog. Manfaatkan aja. Gampang kok. Cobalah! [O. Solihin]

Komentar