Blog, aku ingin bercerita padamu. Tenanglah, ini
tidak seperti yang kau pikirkan, ini bukanlah cerita yang akan membuat kita
gegana, tidak. Ini adalah cerita yang begitu indah dan membahagiakan. Kenapa?
Bukan-bukan, ini bukan soal Kangen Band yang balikan lagi dengan Andhika -kalau
soal kabar gembira itu, biarlah lain kali kuceritakan padamu. Kisah ini adalah
tentang hal yang membawaku berubah menjadi manusia baru yang lebih baik.
Baiklah, kau memang paling mengerti soalku, Blog. Kau selalu memahami
yang kumau. Ah, terima kasih. :*
Oke, mari bercerita.
Well, saya sudah lupa bagaimana kesan pertama kali dateng mentoring. Ya, sebatas yang saya ingat, Kak Dian memperkenalkan dirinya, dan waktu itu saya senyum-senyum saja soalnya sudah pernah berkenalan saat Pra-LDKO dengannya. Setelah itu kami masuk ke pengarahan-pengarahan soal aktivitas atau susunan acara dalam mentoring. Dari mulai pembukaan oleh MC, tilawah Quran, penyampaian berita terkini, penyampaian kultum oleh peserta lalu materi oleh Kak Dian, setelah itu saling bertanya kabar masing-masing, dan diakhiri dengan penutup. Ternyata asik banget, tapi bikin deg-degan juga sih. Soalnya kami harus ngerasain gimana jadi MC dan peng-kultum yang digilir tiap pekan, jadi mau gak mau siap gak siap harus mau dan harus siap.
Oke, mari bercerita.
"Selamat datang wahai pencari ilmu! Sungguh pencari ilmu dinaungi malaikat dengan sayap-sayapnya, kemudian mereka bertumpuk satu di atas yang lainnya sampai mencapai langit dunia karena kecintaan mereka kepada upayanya menuntut ilmu"
(HR Ahmad, Thabrani, Ibnu Hibban, Hakim dan Ibnu
Majah)
Ini adalah tahun ke-tigaku terhimpun dalam Liqo’.
Liqo’? Apakah itu Liqo'? Barangkali sebagian dari kawan sekalian belum tahu apa
itu Liqo’. Jika berkenan, mari saya jadikan tahu. I mean, let me tell you about
Liqo’. Liqo’ dalam bahasa Arab berarti Pertemuan. Menurut istilah Liqo’
berarti pertemuan yang didalamnya secara garis besar diisi dengan aktivitas
pengajian dan mendengarkan tausiyah atau nasihat dalam rangka menambah
keimanan. Umumnya, kita bisa menemukan kegiatan Liqo’ ini di masjid dengan
duduk membentuk “lingkaran” lesehan semacam kelompok diskusi. Karena membentuk
lingkaran inilah, Liqo’ kadang juga disebut sebagai “Halaqah” yang artinya
Lingkaran. Liqo’ juga biasa disebut sebagai mentoring. Umumnya istilah
mentoring lebih melekat pada kegiatan Liqo’ di tingkat SMP/SMA dan kadang
juga di level perguruan tinggi yang difasilitasi oleh Lembaga Rohis setempat
–mentoring juga diartikan sebagai tahap awal dari Liqo’ atau disebut fase
Perkenalan. Ya intinya, serupa kajian islami, tapi pesertanya gak seramai
kajian islami umum, maksimal 12-15 orang dan diadakan tiap minggu (pekan).
Sekarang ini aktivitas Liqo’ gak hanya dilangsungkan di masjid, Kawan, namun
juga di rumah-rumah sebagai wujud silaturahim antar peserta.
Dalam sebuah kelompok Liqo' terdapat seorang
murabbi. Murabbi adalah orang yang memimpin jalannya halaqah (pengajian
kelompok, mentoring, usroh, ta’lim, dan sejenisnya). Di beberapa kalangan
aktivis dakwah, murabbi juga disebut dengan ustadz, mentor, pembina, naqib,
mas’ul dan qiyadah. Apapun istilahnya, murabbi berperan strategis untuk
menumbuhkan kader-kader dakwah yang berkualitas. Hal ini sudah dibuktikan oleh
berbagai kelompok pergerakan Islam (harakah) di seluruh dunia. Disinilah
jejak-jejak petualanganku dimulai, bertemu dengan orang-orang yang luar biasa
mendamba syurga-Nya, yang tak akan lelah kusyukuri sampai kapan pun.
Aku mengenal kegiatan mentoring pada saat ikut
ekskul Rohis di kelas X. Di SMK aku memang hanya mengikuti satu ekskul ini
saja, soalnya tidak ada ekskul lain yang menarik perhatianku. Alasannya
sederhana saja, aku ini tidak begitu suka dengan hal-hal yang terlalu banyak
kegiatan fisik atau berbicara, misalnya seperti ekstrakulikuler olahraga atau
drama teater. Akhirnya, aku yang cenderung lebih suka diam ini memilih ekskul
yang menurutkan tidak memakan banyak energi dan berbicara, dan kurasa Rohis
sangat pas dengan yang aku inginkan karena pasti aku akan lebih sering
mendengarkan ketimbang berdialog. Oh, tunggu dulu, selain alasan kurang begitu
penting tadi, aku juga berniat memperbaiki ilmu keagamaanku dengan ikut ekskul
Rohis ini, karena ditahun yang sama tersebut aku mendapat hidayah untuk
mengenakan jilbab seperti yang diperintahkan Allah dalam Al-Quran, dan ilmu
agamaku masih sangat jauh dari kata cukup. Ya, bahkan untuk kata CUKUP saja
masih sangat jauh, apa lagi sempurna. Makanya aku memilih Rohis, agar aku
menjadi manusia yang Sholihah dan bisa secara baik mencintai Allah.
Ngomong-ngomong rasanya dapet hidayah itu masya Allah banget loh, rasanya
seperti apa pun yang aku alami adalah sebentuk keindahan dan karunia yang tak
terhingga nilainya. Dan aku selalu yakin, barang siapa yang dibukakan pintu
hatinya oleh Allah untuk mau mengenal agamanya dengan sungguh-sungguh, maka
Allah akan mengajari ilmu agama itu untuknya. Besarnya kuasa Allah, Allah juga
maha membolak-balikkan isi hati. Itu yang kadang bikin kita lalai dan akhirnya
hidayah tidak mau datang lagi pada kita. Bermesralah selalu dengan-Nya.
***
Awal-awal masuk Rohis itu rasanya tentram banget,
semua penggiat di organisasi ini santun-santun sekali, baik itu senior maupun
para alumni. Aku meraskan ketenangan dan kehangatan yang timbul dari keluarga
kecil baruku ini. Setelah beberapa bulan, akhirnya terbentuklah kelompok
mentoring untuk para anggota baru. Aku kedapatan satu kelompok dengan beberapa
teman satu kelasku dan beberapa dari kelas tetangga, saat itu kita belum saling
mengenal. Nah, yang aku belum kuketahui siapakah mentor kami? Akhirnya aku
tahu. Wah aku rasa aku sudah cukup kenal dengan mentor kelompok kami itu.
Beliau adalah Kak Dian Sugiarti, sebelumnya aku telah beberapa kali berjumpa
dengan beliau saat seleksi Calon Pengurus OSIS, karena Kak Dian ini adalah
Ketua OSIS periode 2006/2007 (kalau tidak salah), sebagai alumni makanya saat
itu ia datang. Ya, waktu itu aku juga mendaftar menjadi pengurus OSIS. Sejak
mendengarkan presentasi beliau saat memotivasi CAPSIS dalam acara Pra-LDKO, aku
sudah sangat kagum padanya. Kagum luar biasa. Alangkah senangnya bisa jadi
mentinya Kak Dian.
Well, saya sudah lupa bagaimana kesan pertama kali dateng mentoring. Ya, sebatas yang saya ingat, Kak Dian memperkenalkan dirinya, dan waktu itu saya senyum-senyum saja soalnya sudah pernah berkenalan saat Pra-LDKO dengannya. Setelah itu kami masuk ke pengarahan-pengarahan soal aktivitas atau susunan acara dalam mentoring. Dari mulai pembukaan oleh MC, tilawah Quran, penyampaian berita terkini, penyampaian kultum oleh peserta lalu materi oleh Kak Dian, setelah itu saling bertanya kabar masing-masing, dan diakhiri dengan penutup. Ternyata asik banget, tapi bikin deg-degan juga sih. Soalnya kami harus ngerasain gimana jadi MC dan peng-kultum yang digilir tiap pekan, jadi mau gak mau siap gak siap harus mau dan harus siap.
Jangan salah, waktu itu aku sering juga ngerasain
tiap kali mau ikut mentoring bawaannya males, tapi males itu gak sampai bikin
gak hadir. Kalau misalnya kau gak hadir biasanya lebih banyak bentrok dengan
kegiatan OSIS. Meskipun saat mau berangkat mentoring bawaannya males, tapi
ajaibnya, setiap lagi pelaksanaannya rasanya gak mau buru-buru pulang, selain
aku yang udah haus banget dengan pengetahuan keislaman mungkin barang kali hal
ini disebabkan oleh karena pembawaan kak Dian yang bersahaja dan cantik itu.
Kalau bicara soal kak Dian rasanya tidak akan ada habisnya. Tapi aku mau kasih
tahu sedikit soal beliau ini: kak Dian adalah seseorang yang berprestasi.
Kenapa kok menyebutnya seseorang? Ya, soalnya sejak menjadi siswa sampai
menjadi mahasiswa ini dia selalu menjadi yang terbaik di sana. Selain cerdas
dan cantik, kesholihaaannya sangat terpancar. Oh iya, tidak lupa selama di
Rohis aku sering juga dititipkan ke mentor lain atau main-main tanpa di undang
ke kelompok mentor yang lain. Seperi mentoring dengan kelompok mentoring Kak
Nurra dan sempat dititipkan ke kak Yomi, ah seru sekali merasaka suapan-suapan
ilmu dari orang-orang yang berbeda dan sekali lagi dari mereka para sholihah
yang luar biasa bersahaja dan memesona. Hemm, aku begitu ingin menjadi seperti
kakak-kakak mentor ini. Huft. Semangat jadi lebih baik!!!!! Huu haa!
Perubahan
Banyak hal positif yang saya dapat selama
mentoring atau Liqo' ini.
Berteman dengan kualitas pertemanan yang baik,
jadi gak cuma asal 'punya temen banyak'
Ya, sebagai makhluk introvert, bukanlah hal mudah
menyamankan diri dengan orang-orang baru, maka beradanya aku dalam
kelompok kecil ini sangat membantuku dalam menjalin pertemanan, karena kelompok
ini cenderung akan terikat terus-menerus bahkan walaupun kami telah lulus
sekalipun. Jadi aku punya banyak waktu untuk memahami mereka -maksudku
kami bisa lebih saling memahami satu sama lain. Aku sendiri selalu berusaha
bagaimana dapat sedalam dan seikhlas mungkin untuk mencintai mereka sama
seperti aku mencintai diriku sendiri.
Membentuk Pribadi yang Lebih Baik
Terdengar klise memang, tapi inilah kenyataannya.
Barangkali cakupan kata lebih baik ini begitu luas, namun lebih baik disini
khususnya untuk diriku pribadi adalah menjadikan aku seseorang yang lebih
agamis dan memahami makna mengapa aku ini harus hidup. Dengan memahami jati
diri kita sebagai hamba Allah, maka kita akan paham makna hakiki arti kehidupan
ini. Bahwa bagaimana kita berbuat baik dengan sesama, bagaimanakah makna sebuah
amalan perbuatan, bagaimana kita memperbaiki diri dari hari ke hari, intinya
menjadikan kita lebih peka dan ringan untuk berintrospeksi diri.
Hidup Makin Terarah
Kita hidup tidak hanya untuk di dunia, karena
alam akhirta telah dipersiapkan untuk kita semua. Terkadang terlalu banyak
memikirkan dunia kita lupa bahwa tujuan hidup di dunia adalah mencari bekal
untuk menuju alam yang telah menunggu kita itu -alam akhirat. Demikianlah yang
tak jarang aku rasakan, niatku ternyata banyak yang bengkok-bengkok saat
menempuh perjalanan ini. Di mentoring inilah aku dapat kembali meluruskan
segala niat, dengan perbekalan nasihat, kontrol dan penverahan-pencerahan yang
kudapatkan setiap pekan. Saat aku merasa begitu sulit, mentoring mampu
membangkitkan semangat dan menegakkan aku lagi. Sehingga jalan untuk mencapai
tujuan kita akan lebih terarah berkat adanya rambu-rambu nasihat dan kontrol
tadi.
Mendapatkan Wawasan Keislaman
Kawan tahu gak apa penyebab doa kita bisa
diijabah Allah? Atau tahu gak manfaat beristigfar? Atau bagaimanakah kisah
sahabat Rasulullah yang begitu cinta dengan Rasul? Jawabannya mungkin ada yang
tahu dan sebagian lain tidak tahu. Bisa jadi tahu karena sering membaca
artikel-artikel islami, dan bisa jadi tidak tahu karena tidak pernah mengakses
informasi tantang hal demikian itu. Nah melalui mentoring kita bisa tahu
informasi dari beberapa contoh topik yang kusebutkan di atas karena kita akan
mendapatkan penjelasan tentang informasi tersebut, kalau kita mendapat
penjelasan dari orang yang lebih tahu dari kita bukankah itu menjadi bonus
dibandingkan hanya membaca sekilas sendirian. Tentu dengan begitu wawasan
tentang keislaman akan meningkat bukan? Dan tahu dong impac dari
pengetahuan tadi kalau kita amalkan? Bukankah itu sangat mengasyikkan, kawan?
Hehe.
Mendapatkan Pahala
Sudah pasti kita akan mendapatkan pahala. Kita
hadir di sebuah majelis ilmu, di majelis yang dibacakan ayat Al-Quran, kita
berbicara yang baik-baik atau bermanfaat, kita bersilaturahmi -bukankah
bersilatuhrahmi dapat menggugurkan dosa-dosa kita, dan semuanya diniatkan demi
mendapat ridho Allah swt. Ditambah Allah akan menyebut nama-nama kita di
hadapan malaikat atas kebanggan Allah pada kita yang bermajelis karena-Nya.
Masya Allah bukan?
Jadi Muslimah yang Up to Date
Setiap pekan kita menyimak berita dari penjuru
dunia yang disampaikan oleh teman-teman kita. Kalau misalnya kita hanya
mengetahui informasi terkini di dalam negeri, kawan kita akan menambah
pengetahuan kita soal kejadian terkini yang tengah terjadi di belahan dunia
lain, dan begitu juga yang lain-lainnya. Setelah tahu informasi tersebut kita
membahasnya dan bisa mendapatkan hikmah.
Bisa Jadi Tempat Curhat
Kawan, ketahuilah, dengan bermentoring kita bisa
mencurahkan isi hati kita kepada mereka, curhat dan berbagi masalah mampu
meringankan beban yang terpikul oleh kita, dan yang paling penting mereka yang
ada di majelis ini adalah orang-orang yang bisa dipercaya, mereka akan
menyimpan permasalahn kita serta menberikan solusi yang terbaik untuk kita
semampu mereka. Huuu, asyikkan?
Itulah kira-kira sebagian kecil manfaat mentoring
yang dapat kuceritakan padamu, Kawan. Aku berterimakasih sekali kepada
kakak-kakak mentorku, kepada para alumni, dan tentunya saudari-saudari
seperjuangan di Rohis. Insyaallah mencintai kalian karena Allah. Ya, aku juga
mau minta maaf, hikss, karena pembagian waktu olehku yang tidak profesional antara
aku di OSIS dan aku di Rohis, aku jadi harus mengabaikan salah satunya yaitu
Rohis, ah maafkan aku.
Tak lupa untukmu yang telah membaca cerita ini,
sungguh selalu kusemogakan yang kutulis ini dapat menjadi manfaat bagi yang
membaca. Meskipun asalnya aku tidak peduli adakah yang membaca ini atau tidak
dan yang terpenting aku telah menulisnya, tapi aku akan lebihi bahagia saat ini
menjadi amalan untuk orang lain. Tak lupa juga kuingatkan padamu, dibawah
cerita ini ada kolom berkomentar, maka berkomentarlah agar mampu menjadi
pembelajaran untukku dan tentu agar Blog ini jadi lebih pas disebut sebagai
Blog. Begitu.
Well, tunggu apa lagi? Ayo mentoring!! Kawan,
Allah selalu mudahkan mereka yang ingin menuntut ilmu.
"Tidak ada nikmat kebaikan yang Allah berikan setelah Islam, selain saudara yang shalih. Maka,
jika salah seorang kalian merasakan kecintaan dari saudaranya, peganglah
kuat-kuat persaudaraan dengannya.”
(Umar bin Khattab ra.)
(Umar bin Khattab ra.)
“Apabila kalian
berjalan melewati taman-taman Surga, perbanyaklah berdzikir.” Para sahabat
bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud taman-taman Surga itu?” Rasul
menjawab, “Yaitu halaqah-halaqah dzikir (majelis ilmu).”
NB: Hadis yang terdapat dalam postingan ini
hasil pindah-tempel dari blog kak Hifdzi. :)
Komentar
Posting Komentar