Menjadi Manusia Baru dengan Mentoring (Liqo')

Blog, aku ingin bercerita padamu. Tenanglah, ini tidak seperti yang kau pikirkan, ini bukanlah cerita yang akan membuat kita gegana, tidak. Ini adalah cerita yang begitu indah dan membahagiakan. Kenapa? Bukan-bukan, ini bukan soal Kangen Band yang balikan lagi dengan Andhika -kalau soal kabar gembira itu, biarlah lain kali kuceritakan padamu. Kisah ini adalah tentang hal yang membawaku berubah menjadi manusia baru yang lebih baik. Baiklah,  kau memang paling mengerti soalku, Blog. Kau selalu memahami yang kumau. Ah, terima kasih. :*

Oke, mari bercerita.


"Selamat datang wahai pencari ilmu! Sungguh pencari ilmu dinaungi malaikat dengan sayap-sayapnya, kemudian mereka bertumpuk satu di atas yang lainnya sampai mencapai langit dunia karena kecintaan mereka kepada upayanya menuntut ilmu"


(HR Ahmad, Thabrani, Ibnu Hibban, Hakim dan Ibnu Majah)


Ini adalah tahun ke-tigaku terhimpun dalam Liqo’. Liqo’? Apakah itu Liqo'? Barangkali sebagian dari kawan sekalian belum tahu apa itu Liqo’. Jika berkenan, mari saya jadikan tahu. I mean, let me tell you about Liqo’. Liqo’ dalam bahasa Arab berarti Pertemuan. Menurut istilah Liqo’ berarti pertemuan yang didalamnya secara garis besar diisi dengan aktivitas pengajian dan mendengarkan tausiyah atau nasihat dalam rangka menambah keimanan. Umumnya, kita bisa menemukan kegiatan Liqo’ ini di masjid dengan duduk membentuk “lingkaran” lesehan semacam kelompok diskusi. Karena membentuk lingkaran inilah, Liqo’ kadang juga disebut sebagai “Halaqah” yang artinya Lingkaran. Liqo’ juga biasa disebut sebagai mentoring. Umumnya istilah mentoring lebih  melekat pada kegiatan Liqo’ di tingkat SMP/SMA dan kadang juga di level perguruan tinggi yang difasilitasi oleh Lembaga Rohis setempat –mentoring juga diartikan sebagai tahap awal dari Liqo’ atau disebut fase Perkenalan. Ya intinya, serupa kajian islami, tapi pesertanya gak seramai kajian islami umum, maksimal 12-15 orang dan diadakan tiap minggu (pekan). Sekarang ini aktivitas Liqo’ gak hanya dilangsungkan di masjid, Kawan, namun juga di rumah-rumah sebagai wujud silaturahim antar peserta.


Dalam sebuah kelompok Liqo' terdapat seorang murabbi. Murabbi adalah orang yang memimpin jalannya halaqah (pengajian kelompok, mentoring, usroh, ta’lim, dan sejenisnya). Di beberapa kalangan aktivis dakwah, murabbi juga disebut dengan ustadz, mentor, pembina, naqib, mas’ul dan qiyadah. Apapun istilahnya, murabbi berperan strategis untuk menumbuhkan kader-kader dakwah yang berkualitas. Hal ini sudah dibuktikan oleh berbagai kelompok pergerakan Islam (harakah) di seluruh dunia. Disinilah jejak-jejak petualanganku dimulai, bertemu dengan orang-orang yang luar biasa mendamba syurga-Nya, yang tak akan lelah kusyukuri sampai kapan pun.

Aku mengenal kegiatan mentoring pada saat ikut ekskul Rohis di kelas X. Di SMK aku memang hanya mengikuti satu ekskul ini saja, soalnya tidak ada ekskul lain yang menarik perhatianku. Alasannya sederhana saja, aku ini tidak begitu suka dengan hal-hal yang terlalu banyak kegiatan fisik atau berbicara, misalnya seperti ekstrakulikuler olahraga atau drama teater. Akhirnya, aku yang cenderung lebih suka diam ini memilih ekskul yang menurutkan tidak memakan banyak energi dan berbicara, dan kurasa Rohis sangat pas dengan yang aku inginkan karena pasti aku akan lebih sering mendengarkan ketimbang berdialog. Oh, tunggu dulu, selain alasan kurang begitu penting tadi, aku juga berniat memperbaiki ilmu keagamaanku dengan ikut ekskul Rohis ini, karena ditahun yang sama tersebut aku mendapat hidayah untuk mengenakan jilbab seperti yang diperintahkan Allah dalam Al-Quran, dan ilmu agamaku masih sangat jauh dari kata cukup. Ya, bahkan untuk kata CUKUP saja masih sangat jauh, apa lagi sempurna. Makanya aku memilih Rohis, agar aku menjadi manusia yang Sholihah dan bisa secara baik mencintai Allah. Ngomong-ngomong rasanya dapet hidayah itu masya Allah banget loh, rasanya seperti apa pun yang aku alami adalah sebentuk keindahan dan karunia yang tak terhingga nilainya. Dan aku selalu yakin, barang siapa yang dibukakan pintu hatinya oleh Allah untuk mau mengenal agamanya dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan mengajari ilmu agama itu untuknya. Besarnya kuasa Allah, Allah juga maha membolak-balikkan isi hati. Itu yang kadang bikin kita lalai dan akhirnya hidayah tidak mau datang lagi pada kita. Bermesralah selalu dengan-Nya.

*** 


Awal-awal masuk Rohis itu rasanya tentram banget, semua penggiat di organisasi ini santun-santun sekali, baik itu senior maupun para alumni. Aku meraskan ketenangan dan kehangatan yang timbul dari keluarga kecil baruku ini. Setelah beberapa bulan, akhirnya terbentuklah kelompok mentoring untuk para anggota baru. Aku kedapatan satu kelompok dengan beberapa teman satu kelasku dan beberapa dari kelas tetangga, saat itu kita belum saling mengenal. Nah, yang aku belum kuketahui siapakah mentor kami? Akhirnya aku tahu. Wah aku rasa aku sudah cukup kenal dengan mentor kelompok kami itu. Beliau adalah Kak Dian Sugiarti, sebelumnya aku telah beberapa kali berjumpa dengan beliau saat seleksi Calon Pengurus OSIS, karena Kak Dian ini adalah Ketua OSIS periode 2006/2007 (kalau tidak salah), sebagai alumni makanya saat itu ia datang. Ya, waktu itu aku juga mendaftar menjadi pengurus OSIS. Sejak mendengarkan presentasi beliau saat memotivasi CAPSIS dalam acara Pra-LDKO, aku sudah sangat kagum padanya. Kagum luar biasa. Alangkah senangnya bisa jadi mentinya Kak Dian.

Well, saya sudah lupa bagaimana kesan pertama kali dateng mentoring. Ya, sebatas yang saya ingat, Kak Dian memperkenalkan dirinya, dan waktu itu saya senyum-senyum saja soalnya sudah pernah berkenalan saat Pra-LDKO dengannya. Setelah itu kami masuk ke pengarahan-pengarahan soal aktivitas atau susunan acara dalam mentoring. Dari mulai pembukaan oleh MC, tilawah Quran, penyampaian berita terkini, penyampaian kultum oleh peserta lalu materi oleh Kak Dian, setelah itu saling bertanya kabar masing-masing, dan diakhiri dengan penutup. Ternyata asik banget, tapi bikin deg-degan juga sih. Soalnya kami harus ngerasain gimana jadi MC dan peng-kultum yang digilir tiap pekan, jadi mau gak mau siap gak siap harus mau dan harus siap.


Jangan salah, waktu itu aku sering juga ngerasain tiap kali mau ikut mentoring bawaannya males, tapi males itu gak sampai bikin gak hadir. Kalau misalnya kau gak hadir biasanya lebih banyak bentrok dengan kegiatan OSIS. Meskipun saat mau berangkat mentoring bawaannya males, tapi ajaibnya, setiap lagi pelaksanaannya rasanya gak mau buru-buru pulang, selain aku yang udah haus banget dengan pengetahuan keislaman mungkin barang kali hal ini disebabkan oleh karena pembawaan kak Dian yang bersahaja dan cantik itu. Kalau bicara soal kak Dian rasanya tidak akan ada habisnya. Tapi aku mau kasih tahu sedikit soal beliau ini: kak Dian adalah seseorang yang berprestasi. Kenapa kok menyebutnya seseorang? Ya, soalnya sejak menjadi siswa sampai menjadi mahasiswa ini dia selalu menjadi yang terbaik di sana. Selain cerdas dan cantik, kesholihaaannya sangat terpancar. Oh iya, tidak lupa selama di Rohis aku sering juga dititipkan ke mentor lain atau main-main tanpa di undang ke kelompok mentor yang lain. Seperi mentoring dengan kelompok mentoring Kak Nurra dan sempat dititipkan ke kak Yomi, ah seru sekali merasaka suapan-suapan ilmu dari orang-orang yang berbeda dan sekali lagi dari mereka para sholihah yang luar biasa bersahaja dan memesona. Hemm, aku begitu ingin menjadi seperti kakak-kakak mentor ini. Huft. Semangat jadi lebih baik!!!!! Huu haa! 


Perubahan
Sebagian punggawa Perempuan-perempuan Tangguh (PPT) dalam frame

Banyak hal positif yang saya dapat selama mentoring atau Liqo' ini.

Berteman dengan kualitas pertemanan yang baik, jadi gak cuma asal 'punya temen banyak' 
Ya, sebagai makhluk introvert, bukanlah hal mudah menyamankan diri dengan orang-orang baru, maka beradanya aku dalam kelompok kecil ini sangat membantuku dalam menjalin pertemanan, karena kelompok ini cenderung akan terikat terus-menerus bahkan walaupun kami telah lulus sekalipun. Jadi aku  punya banyak waktu untuk memahami mereka -maksudku kami bisa lebih saling memahami satu sama lain. Aku sendiri selalu berusaha bagaimana dapat sedalam dan seikhlas mungkin untuk mencintai mereka sama seperti aku mencintai diriku sendiri.

Membentuk Pribadi yang Lebih Baik
Terdengar klise memang, tapi inilah kenyataannya. Barangkali cakupan kata lebih baik ini begitu luas, namun lebih baik disini khususnya untuk diriku pribadi adalah menjadikan aku seseorang yang lebih agamis dan memahami makna mengapa aku ini harus hidup. Dengan memahami jati diri kita sebagai hamba Allah, maka kita akan paham makna hakiki arti kehidupan ini. Bahwa bagaimana kita berbuat baik dengan sesama, bagaimanakah makna sebuah amalan perbuatan, bagaimana kita memperbaiki diri dari hari ke hari, intinya menjadikan kita lebih peka dan ringan untuk berintrospeksi diri.

Hidup Makin Terarah
Kita hidup tidak hanya untuk di dunia, karena alam akhirta telah dipersiapkan untuk kita semua. Terkadang terlalu banyak memikirkan dunia kita lupa bahwa tujuan hidup di dunia adalah mencari bekal untuk menuju alam yang telah menunggu kita itu -alam akhirat. Demikianlah yang tak jarang aku rasakan, niatku ternyata banyak yang  bengkok-bengkok saat menempuh perjalanan ini. Di mentoring inilah aku dapat kembali meluruskan segala niat, dengan perbekalan nasihat, kontrol dan penverahan-pencerahan yang kudapatkan setiap pekan. Saat aku merasa begitu sulit, mentoring mampu membangkitkan semangat dan menegakkan aku lagi. Sehingga jalan untuk mencapai tujuan kita akan lebih terarah berkat adanya rambu-rambu nasihat dan kontrol tadi.

Mendapatkan Wawasan Keislaman
Kawan tahu gak apa penyebab doa kita bisa diijabah Allah? Atau tahu gak manfaat beristigfar? Atau bagaimanakah kisah sahabat Rasulullah yang begitu cinta dengan Rasul? Jawabannya mungkin ada yang tahu dan sebagian lain tidak tahu. Bisa jadi tahu karena sering membaca artikel-artikel islami, dan bisa jadi tidak tahu karena tidak pernah mengakses informasi tantang hal demikian itu. Nah melalui mentoring kita bisa tahu informasi dari beberapa contoh topik yang kusebutkan di atas karena kita akan mendapatkan penjelasan  tentang informasi tersebut, kalau kita mendapat penjelasan dari orang yang lebih tahu dari kita bukankah itu menjadi bonus dibandingkan hanya membaca sekilas sendirian. Tentu dengan begitu wawasan tentang keislaman akan meningkat bukan? Dan tahu dong impac dari pengetahuan tadi kalau kita amalkan? Bukankah itu sangat mengasyikkan, kawan? Hehe.

Mendapatkan Pahala
Sudah pasti kita akan mendapatkan pahala. Kita hadir di sebuah majelis ilmu, di majelis yang dibacakan ayat Al-Quran, kita berbicara yang baik-baik atau bermanfaat, kita bersilaturahmi -bukankah bersilatuhrahmi dapat menggugurkan dosa-dosa kita, dan semuanya diniatkan demi mendapat ridho Allah swt.  Ditambah Allah akan menyebut nama-nama kita di hadapan malaikat atas kebanggan Allah pada kita yang bermajelis karena-Nya. Masya Allah bukan? 

Jadi Muslimah yang Up to Date
Setiap pekan kita menyimak berita dari penjuru dunia yang disampaikan oleh teman-teman kita. Kalau misalnya kita hanya mengetahui informasi terkini di dalam negeri, kawan kita akan menambah pengetahuan kita soal kejadian terkini yang tengah terjadi di belahan dunia lain, dan begitu juga yang lain-lainnya. Setelah tahu informasi tersebut kita membahasnya dan bisa mendapatkan hikmah.

Bisa Jadi Tempat Curhat
Kawan, ketahuilah, dengan bermentoring kita bisa mencurahkan isi hati kita kepada mereka, curhat dan berbagi masalah mampu meringankan beban yang terpikul oleh kita, dan yang paling penting mereka yang ada di majelis ini adalah orang-orang yang bisa dipercaya, mereka akan menyimpan permasalahn kita serta menberikan solusi yang terbaik untuk kita semampu mereka. Huuu, asyikkan?
Itulah kira-kira sebagian kecil manfaat mentoring yang dapat kuceritakan padamu, Kawan. Aku berterimakasih sekali kepada kakak-kakak mentorku, kepada para alumni, dan tentunya saudari-saudari seperjuangan di Rohis. Insyaallah mencintai kalian karena Allah. Ya, aku juga mau minta maaf, hikss, karena pembagian waktu olehku yang tidak profesional antara aku di OSIS dan aku di Rohis, aku jadi harus mengabaikan salah satunya yaitu Rohis, ah maafkan aku. 

Tak lupa untukmu yang telah membaca cerita ini, sungguh selalu kusemogakan yang kutulis ini dapat menjadi manfaat bagi yang membaca. Meskipun asalnya aku tidak peduli adakah yang membaca ini atau tidak dan yang terpenting aku telah menulisnya, tapi aku akan lebihi bahagia saat ini menjadi amalan untuk orang lain. Tak lupa juga kuingatkan padamu, dibawah cerita ini ada kolom berkomentar, maka berkomentarlah agar mampu menjadi pembelajaran untukku dan tentu agar Blog ini jadi lebih pas disebut sebagai Blog. Begitu.
Well, tunggu apa lagi? Ayo mentoring!! Kawan, Allah selalu mudahkan mereka yang ingin menuntut ilmu.

"Tidak ada nikmat kebaikan yang Allah berikan setelah Islam, selain saudara yang shalih. Maka, jika salah seorang kalian merasakan kecintaan dari saudaranya, peganglah kuat-kuat persaudaraan dengannya.” 
 (Umar bin Khattab ra.)  

“Apabila kalian berjalan melewati taman-taman Surga, perbanyaklah berdzikir.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud taman-taman Surga itu?” Rasul menjawab, “Yaitu halaqah-halaqah dzikir (majelis ilmu).”

NB: Hadis yang terdapat dalam postingan ini hasil pindah-tempel dari blog kak Hifdzi. :)

Komentar