Jurnalistik

Hidup kita di zaman ini adalah hidup dalam kemewahan harapan, alias musti punya yang namanya cita-cita. Kalau tidak punya, ya sudah, bisa dibayangkan hidupmu nanti kesudahannya. Setelah mengalami masa-masa yang membuat kepala ini pusing, akhirnya aku menemukan sebuah pintu yang tepat yang harus kubuka sendiri dengan kunciku. Selama ini aku mengira dapat mem buka pintu orang lain dengan kunci yang bahkan terasa mustahil untuk kutemukan, apalagi untuk di gunakan , yang pada dasarnya jelas tidak akan mungkin.

Bagaimana tidak, aku pernah ingin menjadi musisi hanya karena senang mendengarkan musik, sedang jika bernyanyi aku pecah kongsi dengan para nada, untuk bisa menghafal kunci gitar perlu waktu setidaknya satu tahun, sedang saat mulai kupetikan jemariku disana, yang terdengar bak -ah ya begitulah. Pernah ingin menjadi pelukis atau tokoh seni yang hebat, lantaran senang menggambar dan yakin terhadap diri sendiri bahwa aku ini adalah si pengguna otak kanan, maka hal demikian sangat mungkin untukku karena itu adalah duniaku, dunia seni. Namun, jangankan mampu melukiskan sesuatu yang eksentrik, dapat mereal isasikan imajinasiku dalam bentuk visual saja aku tidak pernah, tidak perna bisa.

Maka kawan, setelah bertemu banyak tokoh-tokoh yang menginspirasi, mereka itu berasal dari tempat yang beragam -ada yang kutemukan dari serial drama Korea, seorang news anchor -Najwa Shihab, ada pula sesorang yang dekat denganku yang bahkan tak pernah mengajar di kelasku namun aku begitu terinspirasi olehnya, dan yang kerap kali kalian temukan dalam postinganku di laman bukumuka ini, yaitu sebuah nama yang sangat populer, ya, Andrea Hirata. Seorang teman sekaligus kakak, yang dulunya siswa SMA jurusan Bahasa yang sekarang di laman facebooknya resmi mengganti informasi pendidikannya sedang belajar di Universitas Gadjah Mada. Dan yang tidak akan pernah terlupakan, dia sosok paling berpengaruh yaitu seorang mahasiswa yang merangkap supporter sepak bola sekaligus blogger yang menurutnya sendiri masih pemula namun menurutku amat membahana, Ashiddiq Adha. Dan aku menemukan ketertarikan, tantangan, semangat, pada sesuatu yang bahkan tidak sedang kugeluti saat ini di sekolah, dibidang yang bahkan menjadi semacam antitesis dari jurusanku di kelas.

Secara umum kedua bidang ini memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menyajikan laporan dari catatan-catatan. Selain itu pengertian dari keduanya memiliki satu kesamaan, yaitu sebagai seni mencatat. Menjadi antitesis karena yang satu melaporkan laporan ekon omi dan satu lainnya melaporkan laporan berupa berita. Yang satu mengacu pada angka-angka satu lainnya mengacu pada kata-kata . Biarpun keduanya memiliki tujuan yang secara umum sama, tantu jelas teknik pembuatannya jauh berbeda.

Mohon maaf apabila kesimpulanku terkait kedua bidang ilmu tersebut kurang tepat. Itu caraku menjelaskannya agar lebih mendasar saja .

Siapkan Karya
"Kalau serius mau terjun ke dunia jurnalistik, mulai dari sekarang siapkan karya, Fin," begitu saran seorang teman.
Itu yang sedang kuusahakan, dan aku pun sedang menjaga fokusku pada hal ini. Kalu tidak, bisa berantakan lagi. Orang sepertiku adalah tipe orang yang mudah berubah-ubah tiap kali menjuampai sesuatu yang kurasa menarik untuk digeluti.

Diluar semua hal yang kutulis dalam cerita ini, tentu ujian negara yang lebih diutamakan.
Buka pintumu dengan kuncimu sendiri, karena kamu tidak dibuatkan duplikat dari kunci orang lain. Untuk mendapatkan kuncimu, maka carilah. Pasti nanti ketemu. Karena kamu, dirimu sendiri.

Komentar