25 Maret 2015
Aku terbangun dari tidur, begitu sadar langsung kutengok jam dinding yang tegak terpajang di dinding ruang tamu –yaa, karena malam ini aku tidur di ruang tamu beralaskan kasur tipis dan sendirian saja. Ternyata waktu menunjukkan pukul 01.25 WIB.
Tujuh Belas
Aku terbangun dari tidur, begitu sadar langsung kutengok jam dinding yang tegak terpajang di dinding ruang tamu –yaa, karena malam ini aku tidur di ruang tamu beralaskan kasur tipis dan sendirian saja. Ternyata waktu menunjukkan pukul 01.25 WIB.
Pada
hari ini 17 tahun yang lalu di RS Bersalin kecamatan Jatipurno, kabupaten
Wonogiri, seorang wanita tanggguh berjuang untuk melahirkan seorang manusia
lewat persalinan normal. Akhirnya lahirlah bayi itu, Finda Rhosyana, adalah
nama yang teranugerah bagi bayi itu.
Tujuh Belas
Aku bersyukur kepada sang pemilik kehidupan,
karena masih diperkenankan mengulang hari kelahiranku. Tetapi aku jadi sedikit menyesal
dengan diriku sendiri, kenapa aku tak bangun tadi sewaktu pergantian tanggal 24
menuju 25. Hah, aku ketiduran. Setelah aku yakin bahwa hari ini aku berulang
tahun, bergegas aku mencari dimanakah kekasihku yang satu tahun tepat ini
menemaniku, ia yang selalu ada untukku kapan saja. Yang tak pernah protes
soalku, yang selalu saja tahu apa yang aku inginkan, dan merupakan kado ulang
tahunku yang ke-16 dari abang pertamaku, yaa si telepon pintar. Kudapati ia
dibawah bantal. Aku tahu pasti tak akan ada pesan spesial dari siapa pun. Dugaanku
pun tak meleset. Tapi aku tak berkecil hati, syukurku tak berhenti tercurahkan
untuk-Nya.
Aku membuka laman Twitterku @inspirasisenja, sejak dua tahun lalu, seorang yang
sama selalu menjadi orang pertama yang memberiku ucapan. Tapi, pagi itu aku tak
mendapati mentionnya. Barang kali sudah bukan saatnya lagi untuk mengudara di
Twitter.
Mulai hari ini secara hukum aku sudah dinyatakan dewasa, dan secara hak sudah legal berdemokrasi secara sah. Juga sangat wajar menonton, bukan?
TRADUPULIMAR (Tragedi Dua Puluh Lima Maret)
Hari ini aku masih PKL di PT. Yamaha Indonesia. Aku tidak PKL sendirian disini, bersama Eva DJ, Maria Ulfa dan Mufarrohan -mereka teman satu sekolahku, kami ditempatkan di bagian Warehouse Control. Dan kalian perlu tahu, aku dan Maria Ulfa adalah kembaran yang lahir dari rahim yang berbeda. Wah? Gimana ceritanya? Kami datang ke dunia ini di tanggal yang sama. Dan tidak seperti tahun-tahun sebelumya, ulang tahunku kali ini tidak sedang bertepatan dengan Ulangan Akhir Semester, aku bersyukur. Biasanya setiap tahun selalu saja sedang ujian, kan kalau seperti itu aku jadi ndak leluasa merayakannya, hehehe.
Waktu itu waktu sudah menunjukkan jam pulang kerja. Seharusnya aku dan tetemanku sudah meninggalkan tempat ini. Tetapi kondisinya lagi hujan, jadi kepulangan kami pun tertunda.
Sesungguhnya naluriku sebagai orang yang sedang berulangtahun peka, kalau diluar sana sudah dipersiapkan sematang mungkin sebuah kejutan yang jelas tidak menguntungkan buat saya. Ya! sebuah jebakan. Tentu tidak ada alasan sedikit pun untuk menyangkal bahwa ini semuanya tidak luput dari nilai ke-negatifan.
Oke, aku menuruti salah seorang yang juga menjadi kru penjebakan itu, tidak lain adalah rekanku, saudari Eva. Eva sedari tadi mengajakku ke gedung sebrang (Bagian Administrasi) dengan melewati pintu gudang belakang -posisiku waktu itu sedang di Gudang. Alasannya ia mengajak kami untuk bersalaman sebelum pulang dengan Pak Abel yang tak lain foreman di divisi ini. Tapi anehmya, kenapa hampir semua karyawan baik yang di gudang atau yang bekerja di bagian administrasi, berkumpul atau berteduh di dekat pintu belakang, ada apa ini. Firasatku semakin kuat.
Yaaa, awalnya semua berjalan biasa saja, saya baik-baik saja melewati pintu belakang, namun tiba-tiba... *brakkk* dengan kepekaan pendegaran yang cemerlang aku berhasil menghindar. Aih, hampir saja aku menjadi manusia terigu. "Oh, Tuhan terima kasih kau telah menyelamatkanku," batin ku bersyukur.
Belum lama aku merayakan keberhasilanku dapat menghindar dari serangan terigu, tapi seketika *pyuhhh*. Kak Indra berhasil mengguyurku. Aku pun lantas berteriak "Innalillah," Ya! seperti orang yang baru saja terkena musibah, aku lantas mengucap demikian. Oke, mungkin Tuhan punya maksud lain, ia tak mengizinkan aku terlumuri terigu tetapi ia ingin aku berkolaborasi dengan alam yang tengah hujan dan dingin, jadi semuanya makin klop. Begitu barang kali maksudnya. Aku basah kuyup.
Maria Ulfa pun tidak luput begitu saja dari intaian kru-kru iseng ini. Tetapi, dengan perasaan sedih karena kukira semua ini tidak adil, Maria Ulfa sungguh-sungguh nyaris tak tersentuh dampak jebakan ini. Huft. Satu lagi, kau tahu, ini adalah hal yang paling konyol dari cerita ini. Eva, dia malah menjadi manusia tepung untuk yang kedua kalinya -karena dia juga sempat seperti ini ditempat yang sama ketika hari jadinya pada 13 Februari. Hahahahaha!!! Aku terawa puas!!! Tapi kasihan juga sih. Itu semua terjadi karena kak Indra -salah satu anggota tim penjebakan itu kurang peka. Ia salah melihat sasaran. Ia kira Eva adalah Maria Ulfa, tapi dia salah besar. Ya, sabar ya Eva sayang.
Hari sudah gelap. Aku dan Eva membersihkan diri kami di ruang administrasi, dan sekaligus sholat magrib di sana. Aku kebetulan membawa baju ganti, jadinya gak jadi masuk angin karena kedinginan. Maria Ulfa tidak ikut kami bebersih diri, dia menemani mbak Nur di Receiving Room, kebetulan juga sedang tidak sholat. Sudah hampir jam tujuh malam. Aku dan Eva sebenarnya bingung. Apakah kami akan pulang sendirian, sedang Eva masih agak berantakan dengan terigu dan aku juga yang masih menggigil?
Saat kami kembali ke Gudang, mbak Nur menyampaikan pesan kak Indra yang sudah pulang duluan kepadaku bahwa ia menyesal sudah menguyurku tadi. Ia minta maaf tak bisa mengantarku pulang karena ia ada kuliah malam itu. Sebetulnya di sana masih ada dua karyawan lain yang sebetulnya aku dan Eva harapkan bisa mengantarkan kami pulang, tapi nyatanya? Kak Fahmi, salah satu karyawan itu, malah bertanya kok kami belum pulang saat kita berpaspasan di halaman Gudang. Huft. Semakin memnyebalkan.
Itu berarti, kami pulang sendirian. Agak sakit hati sebetulnya waktu itu. Kami disepertiinikan, dan mereka...? Hmm, okelah. Kalau Maria Ulfa, dia diantarkan pulang oleh kak Miftah a.k.a anggota kru penjebakan. Akhirnya aku dan Eav berjalan gontai menuju pos satpan untuk absen. Dan mulai berjalan cukup jauh untuk menuju ke jalan raya. Tapi, tiba-tiba.... ada suara motor agak ramai berhenti di belakang kami ketika tengah asik berjalan....
Mereka adalah Kak Fahmi dan Kak Agus! Mereka mau mengantarkan kami pulang.
Eva membonceng kak Agus, dan aku dengan kak Fahmi.
Eva sampai rumah lebih dulu, karena rumahnya tak begitu jauh dari jalan raya dimana biasanya kami naik dari tempat PKL. Dan kak Fahmi hanya dapat mengantarkan aku sampai di SMKN 48 Jakarta. Ya, itu adalah sekolahku. Dan aku bilang terima kasih kepadanya.
Itulah cerita di hari jadiku yang ke-17. Aku bersyukur atas segala karuniaNya selama ini.
Dan, sayangnya Mufar, temanku yang satu itu tidak bisa ikut dalam keseruan cerita ini. Ia sudah pulang tepat waktu sejak tadi bel pulang kerja berbunyi. Ya, ia begitu saja menerobos hujan.
Terima kasih kakak-kakakku di PT. Yamaha Indonesia atas kenangan indah ini. Sungguh aku takkan melupakannya. Finda sayang kalian selalu.
Mulai hari ini secara hukum aku sudah dinyatakan dewasa, dan secara hak sudah legal berdemokrasi secara sah. Juga sangat wajar menonton, bukan?
TRADUPULIMAR (Tragedi Dua Puluh Lima Maret)
Hari ini aku masih PKL di PT. Yamaha Indonesia. Aku tidak PKL sendirian disini, bersama Eva DJ, Maria Ulfa dan Mufarrohan -mereka teman satu sekolahku, kami ditempatkan di bagian Warehouse Control. Dan kalian perlu tahu, aku dan Maria Ulfa adalah kembaran yang lahir dari rahim yang berbeda. Wah? Gimana ceritanya? Kami datang ke dunia ini di tanggal yang sama. Dan tidak seperti tahun-tahun sebelumya, ulang tahunku kali ini tidak sedang bertepatan dengan Ulangan Akhir Semester, aku bersyukur. Biasanya setiap tahun selalu saja sedang ujian, kan kalau seperti itu aku jadi ndak leluasa merayakannya, hehehe.
Waktu itu waktu sudah menunjukkan jam pulang kerja. Seharusnya aku dan tetemanku sudah meninggalkan tempat ini. Tetapi kondisinya lagi hujan, jadi kepulangan kami pun tertunda.
Sesungguhnya naluriku sebagai orang yang sedang berulangtahun peka, kalau diluar sana sudah dipersiapkan sematang mungkin sebuah kejutan yang jelas tidak menguntungkan buat saya. Ya! sebuah jebakan. Tentu tidak ada alasan sedikit pun untuk menyangkal bahwa ini semuanya tidak luput dari nilai ke-negatifan.
Oke, aku menuruti salah seorang yang juga menjadi kru penjebakan itu, tidak lain adalah rekanku, saudari Eva. Eva sedari tadi mengajakku ke gedung sebrang (Bagian Administrasi) dengan melewati pintu gudang belakang -posisiku waktu itu sedang di Gudang. Alasannya ia mengajak kami untuk bersalaman sebelum pulang dengan Pak Abel yang tak lain foreman di divisi ini. Tapi anehmya, kenapa hampir semua karyawan baik yang di gudang atau yang bekerja di bagian administrasi, berkumpul atau berteduh di dekat pintu belakang, ada apa ini. Firasatku semakin kuat.
Yaaa, awalnya semua berjalan biasa saja, saya baik-baik saja melewati pintu belakang, namun tiba-tiba... *brakkk* dengan kepekaan pendegaran yang cemerlang aku berhasil menghindar. Aih, hampir saja aku menjadi manusia terigu. "Oh, Tuhan terima kasih kau telah menyelamatkanku," batin ku bersyukur.
Belum lama aku merayakan keberhasilanku dapat menghindar dari serangan terigu, tapi seketika *pyuhhh*. Kak Indra berhasil mengguyurku. Aku pun lantas berteriak "Innalillah," Ya! seperti orang yang baru saja terkena musibah, aku lantas mengucap demikian. Oke, mungkin Tuhan punya maksud lain, ia tak mengizinkan aku terlumuri terigu tetapi ia ingin aku berkolaborasi dengan alam yang tengah hujan dan dingin, jadi semuanya makin klop. Begitu barang kali maksudnya. Aku basah kuyup.
Maria Ulfa pun tidak luput begitu saja dari intaian kru-kru iseng ini. Tetapi, dengan perasaan sedih karena kukira semua ini tidak adil, Maria Ulfa sungguh-sungguh nyaris tak tersentuh dampak jebakan ini. Huft. Satu lagi, kau tahu, ini adalah hal yang paling konyol dari cerita ini. Eva, dia malah menjadi manusia tepung untuk yang kedua kalinya -karena dia juga sempat seperti ini ditempat yang sama ketika hari jadinya pada 13 Februari. Hahahahaha!!! Aku terawa puas!!! Tapi kasihan juga sih. Itu semua terjadi karena kak Indra -salah satu anggota tim penjebakan itu kurang peka. Ia salah melihat sasaran. Ia kira Eva adalah Maria Ulfa, tapi dia salah besar. Ya, sabar ya Eva sayang.
Hari sudah gelap. Aku dan Eva membersihkan diri kami di ruang administrasi, dan sekaligus sholat magrib di sana. Aku kebetulan membawa baju ganti, jadinya gak jadi masuk angin karena kedinginan. Maria Ulfa tidak ikut kami bebersih diri, dia menemani mbak Nur di Receiving Room, kebetulan juga sedang tidak sholat. Sudah hampir jam tujuh malam. Aku dan Eva sebenarnya bingung. Apakah kami akan pulang sendirian, sedang Eva masih agak berantakan dengan terigu dan aku juga yang masih menggigil?
Saat kami kembali ke Gudang, mbak Nur menyampaikan pesan kak Indra yang sudah pulang duluan kepadaku bahwa ia menyesal sudah menguyurku tadi. Ia minta maaf tak bisa mengantarku pulang karena ia ada kuliah malam itu. Sebetulnya di sana masih ada dua karyawan lain yang sebetulnya aku dan Eva harapkan bisa mengantarkan kami pulang, tapi nyatanya? Kak Fahmi, salah satu karyawan itu, malah bertanya kok kami belum pulang saat kita berpaspasan di halaman Gudang. Huft. Semakin memnyebalkan.
Itu berarti, kami pulang sendirian. Agak sakit hati sebetulnya waktu itu. Kami disepertiinikan, dan mereka...? Hmm, okelah. Kalau Maria Ulfa, dia diantarkan pulang oleh kak Miftah a.k.a anggota kru penjebakan. Akhirnya aku dan Eav berjalan gontai menuju pos satpan untuk absen. Dan mulai berjalan cukup jauh untuk menuju ke jalan raya. Tapi, tiba-tiba.... ada suara motor agak ramai berhenti di belakang kami ketika tengah asik berjalan....
Mereka adalah Kak Fahmi dan Kak Agus! Mereka mau mengantarkan kami pulang.
Eva membonceng kak Agus, dan aku dengan kak Fahmi.
Eva sampai rumah lebih dulu, karena rumahnya tak begitu jauh dari jalan raya dimana biasanya kami naik dari tempat PKL. Dan kak Fahmi hanya dapat mengantarkan aku sampai di SMKN 48 Jakarta. Ya, itu adalah sekolahku. Dan aku bilang terima kasih kepadanya.
Itulah cerita di hari jadiku yang ke-17. Aku bersyukur atas segala karuniaNya selama ini.
Dan, sayangnya Mufar, temanku yang satu itu tidak bisa ikut dalam keseruan cerita ini. Ia sudah pulang tepat waktu sejak tadi bel pulang kerja berbunyi. Ya, ia begitu saja menerobos hujan.
Terima kasih kakak-kakakku di PT. Yamaha Indonesia atas kenangan indah ini. Sungguh aku takkan melupakannya. Finda sayang kalian selalu.
Komentar
Posting Komentar