Kawan, aku lelah.
Aku ingin semua ini disudahi saja.
Aku gak mau jadi pecundang yang menyerah pada keadaan sistim pendidikan di Indonesia ini.
Aku gak mau, sama sekali engga.
Kau tahu,
Aku gak mau jadi pecundang yang menyerah pada keadaan sistim pendidikan di Indonesia ini.
Aku gak mau, sama sekali engga.
Kau tahu,
Aku ingin bergerak buat memperbaiki.
Tapi aku siapa, aku bukan orang kementrian, aku bukan guru, aku bukan anak berprestasi yang dipandang semua orang, aku cuma pelajar yang terlalu pusing untuk menerima sistim ini, sistim pendidikan di negeri kita tercinta ini
Aku cuma orang yang diatur sistem -dan bisa dibilang aku juga kadang dipermainkan olehnya.
Tapi apa daya, sepanjang hari semakin memuakkan saja.
Aku juga tidak menjadi semakin kuat, juga tidak jadi semakin kreatif.
Seolah semua hanya formalitas agar agenda kegitan bisa diceklis.
Agar ada apa itu pertanggunjawaban berupa tulisan.
Tapi mereka lupa, yang dihadapi para guru atau apa yang dihadapai oleh orang-orang di kementrian itu, bukanlah robot.
Wahai Bapak/Ibu yang berwenang, ketahuilah bahwa Bapak/Ibu berhadapan dengan seorang anak manusia.
Anak manusia yang punya segala keterbatasannya.
Termasuk kapasitas otak yang kami miliki.
Tidakkah Bapak/Ibu bisa bayangkan, bagaimana tertekannya kami.
Tapi aku siapa, aku bukan orang kementrian, aku bukan guru, aku bukan anak berprestasi yang dipandang semua orang, aku cuma pelajar yang terlalu pusing untuk menerima sistim ini, sistim pendidikan di negeri kita tercinta ini
Aku cuma orang yang diatur sistem -dan bisa dibilang aku juga kadang dipermainkan olehnya.
Tapi apa daya, sepanjang hari semakin memuakkan saja.
Aku juga tidak menjadi semakin kuat, juga tidak jadi semakin kreatif.
Seolah semua hanya formalitas agar agenda kegitan bisa diceklis.
Agar ada apa itu pertanggunjawaban berupa tulisan.
Tapi mereka lupa, yang dihadapi para guru atau apa yang dihadapai oleh orang-orang di kementrian itu, bukanlah robot.
Wahai Bapak/Ibu yang berwenang, ketahuilah bahwa Bapak/Ibu berhadapan dengan seorang anak manusia.
Anak manusia yang punya segala keterbatasannya.
Termasuk kapasitas otak yang kami miliki.
Tidakkah Bapak/Ibu bisa bayangkan, bagaimana tertekannya kami.
Untuk pihak-pihak yang merasa terganggu keformalannya dengan ditulisnya tulisan ini, saya mohon maaf. Saya hanya ingin menumpahkan apa yang ada di kepala seukuran batok kelapa yang melekat pada tubuh saya ini saja.
Aku menemukannya. Aku menemukan curhatan keputusasaan ini, di halaman belakang buku tulis agama isllamku kelas XI. Aih, kuingat betul betapa ini sangat berat bagiku. Kuharap aku bisa lebih kuat dan bersemangat menaklukannya. Aku bisa kok. Kamu juga harus bisa, siswa/i Indonesia. :-)
Aku menemukannya. Aku menemukan curhatan keputusasaan ini, di halaman belakang buku tulis agama isllamku kelas XI. Aih, kuingat betul betapa ini sangat berat bagiku. Kuharap aku bisa lebih kuat dan bersemangat menaklukannya. Aku bisa kok. Kamu juga harus bisa, siswa/i Indonesia. :-)
Komentar
Posting Komentar