Mengapa Sulit Melupakanmu, dik? Menyusahkan!

Apa harus aku juga yang mengakhiri?
Haruskah aku?!
Apa telah kau pertimbangkan dengan matang saran konyolmu itu, Kawan?
Maaf, bukan aku terlalu menguatkan egoku dalam berkeputusan, bukan juga untuk begitu saja berlalau dengan petuah-petuahmu yang maha membingungkan.
Tetapi sungguh berat menerima kenyataan bahwa aku harus melupakannya, yaaa melupakan.
Apa kau kira  mengubur perasaan bertahun-tahun dengan hanya diam dan sesekali saja tersenyum dalam hati ketika Dia melintas dihadapanmu itu adalah hal yang biasa saja? Sangat biasa?
Hah, kau bercanda ya?
Kawan, ngilu sekali.
Bagaimana aku bisa lupa, jika setiap bangun dan tidur pun aku masih teringat olehnya, paling tidak ia selalu hadir dalam dunia tak sungguhan yang ada ketika aku mulai tidur, itulah, itulah mimpi.
Bayangkan, dalam tidur saja ia masih ada. Masih ada sangat jelas. Jelas sekali.
Kalau bisa, aku memilih untuk tidak terjatuh kepada Dia. 

Kawan, tapi kau benar, jika kita bisa tahu kepada siapa kita akan berjumpa dan jatuh cinta seperti tak ada hari esok, maka beruk bisa melamar menjadi ajudan bupati.
Mungkin paling tidak aku bisa belajar.
Belajar untuk sungguh-sungguh melupakannya. 
Aku mau melakukan itu, karena aku yakin.
Meskipun ketika kutulis ini, aku masih benar-benar jatuh cinta dengannya.
Kawan, ini bukan saja soal aku,
Ini soal pengalamanmu dan juga ketegasanku. Pengalamanmu bermaksud untuk mendewasakan diriku, dan aku harus pula menentukan sikap!

Komentar