Sebuah
tulisan yang saya tulis hari ini, bukan sebuah curhatan dalam bentuk rasa
frustasi, ini hanya sebagian kecil dari bentuk curhat yang saya lakukan dengan
tujuan untuk melepas uneg-uneg. Maka, tolong sedikit pahami esensi tulisan saya
ini. Bukan frustasi, tapi hanya ingin melepaskan uneg-uneg.
Saya memang terlahir tidak dianugerahi goyangan tangan yang cekatan diatas kertas, saya memang bukan imaginer yang gila, yang mampu memikirkan sesuatu yang estetik di luar rasio. Tapi saya menyukai seni, senang menggoyang pensil diatas kertas untuk menghasilkan sesuatu yang jika nilai tidak sempurna. Ya, seni tidak mengenal bagus atau jelek sesuatu, benar atau salahnya suatu karya, tapi seni hanya mengenal sudah sempurna karya itu.
Saya memilih "Akuntansi SMKN 48 Jakarta" di titik kepasrahan saya dalam MOPDB SMK tempo hari, setelah mencoba gagal MOPDB SMA, saya singkirkan Arsitektur SMK Pembanguan yang lebih saya kuasai. Bukan karena paksaan orang tua, tapi orang tua sangat berharap agar saya bisa menjadi seorang yang bisa langsung kerja nantinya, prospektif di dunia kerja bagus, masa depan lebih terjamin ketimbang menjadi seorang kuli pena, yang setiap hari kesana kemari mencari sesuatu yang bisa dijual. Saya memilih Akuntansi karena itu, tak ada sama sekali passion untuk kesana sebenarnya, sekali lagi karena saya diambang kepasrahan, bukan karena terampil, ditambah alasan yang mungkin untuk masih bisa lolos di jurusan terakreditasi terbaik itu. Pikiran yang pendek memang.
Alhamdulillah, Tuhan meluluskan usaha saya di pilihan satu-satunya dan only itu, saya hanya berpikir, kalau memang Accounting is my way, my future. But, althoug I think it, i ma sure, that it’s not my way, actualy!
Saya memang terlahir tidak dianugerahi goyangan tangan yang cekatan diatas kertas, saya memang bukan imaginer yang gila, yang mampu memikirkan sesuatu yang estetik di luar rasio. Tapi saya menyukai seni, senang menggoyang pensil diatas kertas untuk menghasilkan sesuatu yang jika nilai tidak sempurna. Ya, seni tidak mengenal bagus atau jelek sesuatu, benar atau salahnya suatu karya, tapi seni hanya mengenal sudah sempurna karya itu.
Saya memilih "Akuntansi SMKN 48 Jakarta" di titik kepasrahan saya dalam MOPDB SMK tempo hari, setelah mencoba gagal MOPDB SMA, saya singkirkan Arsitektur SMK Pembanguan yang lebih saya kuasai. Bukan karena paksaan orang tua, tapi orang tua sangat berharap agar saya bisa menjadi seorang yang bisa langsung kerja nantinya, prospektif di dunia kerja bagus, masa depan lebih terjamin ketimbang menjadi seorang kuli pena, yang setiap hari kesana kemari mencari sesuatu yang bisa dijual. Saya memilih Akuntansi karena itu, tak ada sama sekali passion untuk kesana sebenarnya, sekali lagi karena saya diambang kepasrahan, bukan karena terampil, ditambah alasan yang mungkin untuk masih bisa lolos di jurusan terakreditasi terbaik itu. Pikiran yang pendek memang.
Alhamdulillah, Tuhan meluluskan usaha saya di pilihan satu-satunya dan only itu, saya hanya berpikir, kalau memang Accounting is my way, my future. But, althoug I think it, i ma sure, that it’s not my way, actualy!
Tipe siswa
yang lebih doyan memakai otak kanannya sehari-hari adalah yang tak begitu
senang berpikir, maka menulis/menggambar adalah masa yang indah bagiku, setidaknya juga
bagi beberapa orang yang senasib denganku.
Setelah memasuki dunia akuntansi, saya mulai berpikir, apakah saya pantas berada diantara mereka? Para pemegang juara kelas, pengguna otak kiri encer
Setelah memasuki dunia akuntansi, saya mulai berpikir, apakah saya pantas berada diantara mereka? Para pemegang juara kelas, pengguna otak kiri encer
.
Saya menyerahkan semuanya kepada Yang Kuasa.
Faktanya dalam 100 target yang saya tulis di secarik kertas, ketika sekolah menengah semester 5, target 27 & 29 saya tulis yang lebih kurang begini bunyinya: Bisa lolos seleksi MOPDB SMKN 48, diterima di jurusan akuntansi.
Tapi memang saya sadari, kecintaan saya dengan SMKN 48 mulai luntur saat menjelang UN. Sebuah gebrakan yang cukup besar muncul dalam hati untuk masuk SMA.
Nah, ada satu hal yang mendasari saya membuat judul postingan ini dengan judul seperti itu. Jangan kira menjadi anak di jurusan terbaik itu mudah. Saya masih membawa sesuatu kanak-kanak era SMP ke dunia SMK. Sistem kebut satu malam dalam mengerjakan tugas, keapatisan dan banyak hal lainnya yang merasa bahwa saya belum pantas menempati kursi terakreditasi paling baik itu.
Saya menyerahkan semuanya kepada Yang Kuasa.
Faktanya dalam 100 target yang saya tulis di secarik kertas, ketika sekolah menengah semester 5, target 27 & 29 saya tulis yang lebih kurang begini bunyinya: Bisa lolos seleksi MOPDB SMKN 48, diterima di jurusan akuntansi.
Tapi memang saya sadari, kecintaan saya dengan SMKN 48 mulai luntur saat menjelang UN. Sebuah gebrakan yang cukup besar muncul dalam hati untuk masuk SMA.
Nah, ada satu hal yang mendasari saya membuat judul postingan ini dengan judul seperti itu. Jangan kira menjadi anak di jurusan terbaik itu mudah. Saya masih membawa sesuatu kanak-kanak era SMP ke dunia SMK. Sistem kebut satu malam dalam mengerjakan tugas, keapatisan dan banyak hal lainnya yang merasa bahwa saya belum pantas menempati kursi terakreditasi paling baik itu.
Saya harap tulisan tidak hanya sekadar pelepas uneg-uneg yang sedang menggelantung di pikiran saya, tapi semoga ini bisa menjadi suatu pemicu bangkitnya semangat saya untuk bisa lebih rajin, lebih peduli dan lebih ingin untuk menjadi Akuntan. Ya, meski bukan "Akuntan" jalan takdir saya, tapi setidaknya label "Anak Akuntansi" ada pada diri saya.
"Eh, jangan panggil saya anak akuntansi!"
"Saya salah jurusan!"
-Disadur dari tulisan penulis idola. Tinggal ganti obyeknya sahaja, sudah jadi cerita pribadiku.
Keren kak...
BalasHapusKadang saya juga berpikiran seperti itu.
Saat itu (malahan), saya tidak ada niatan untuk masuk ke 48. Tetapi, entah apa yang membuat saya masuk ke sana