Cinta yang Tak Tertanda

Hal Tak Terbayangkan Itu Terjadi...
Sabtu ini, 18 Januari 2014. Anda mungkin tidak pernah merasakan bahwa sesuatu yang anda rencanakan akan berjalan sesuai harapan, tapi sebaliknya hal yang tak pernah anda rencanakan akan meledak dan anda akan begitu surprise, itulah momentum tak terduga. Ya, aku merasakannya pada hari ini.
 

Ku mulai hari ini dengan rasa tak begitu buruk, berharap ingin secepatnya datang ke sekolah, syukur ternyata jalan takdir mengizinkannya, maka aku beranjak ke sekolah, meninggalkan sepetak ruang sempit yang tak begitu berantakan. Hari sabtu ini OSIS kami mengadakan kegiatan seminar, yang bertakjub MUDA KARYA MULIA. Aku yang ikut menjadi bagian dari acara ini agaknya datang sedikit terlambat. Padahal seingatku, kemarin kakak OSIS meminta kami (OSIS Junior) untuk datang tepat 08.00, benar saja aku datang tepat waktu, lalu di bagian mana terlambatnya? Ini salahku, yang tak mengaktifkan handphone sedari magrib sampai pagi ini aku tiba di sekolah. Ternyata humas mengirim pesan singkat terkait perubahan jadwal. Ya, apa boleh buat?  Aku coba menutup rasa ketidakenakan ini, seraya turun membantu teman-teman yang lain menyiapkan konsumsi. Ya, untuk kedua kalinya aku mengikuti seminar Surya Fazar, motivator inspiratif yang bergelar ‘Trainer Muda se-Asia’ –Muda, seberapa muda memang? Yang aku tahu, kak Surya memulai jejak menjadi pembicara ketika ia berusia 14 tahun, dan kini usianya berjarak 4 tahun saja denganku. Pertemuan pertama kami dimulai saat aku  masih berstatus sebagai calon OSIS,  pada proses penyeleksian yang sudah hampir finish yaitu masa pra-LDKO, diundanglah kak Surya untuk mengisi materi ‘Leadership’. Bukan saja faktor motivasi yang diberikannya, juga karena, sempat parasnya menjemput lagi memori atas kenangan masa silamku, yaa dia begitu mengingatkanku pada masa laluku (Sekolah Menengah Pertama 2011/2012. Red). Hahaha, berlebihan memang. Itulah yang membuatku mengaguminya, sampai aku menulis tulisan ini, He still runing in my mind!!

Setelah urusan konsumsi, ruangan, sampai dengan teknis-teknis yang lain siap, tinggalah waktu menunggu sang pembicara datang –Kak Surya yang mengatakan akan menculik salah seorang mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada pun, telah disiapkan dua sepeda motor untuk menjemput mereka, yang dikendarai kak Reza dan Alfonsius. *Beruntungnya mereka, haha ucapku dalam hati, oke abaikan ini!
Ketika sedang bergurau dengan teman-teman di koridor,  ketua pelaksana kak Alifia datang menghampiri kami.


“Dik, ada yang mau nemenin kak Fazar tanda tangan di UKS ga?"

 “Saya kak!” sahutku antusias tak ingin melewatkan kesempatan berharga ini.

Kami pun meninggalkan koridor dan move ke UKS. Sambil berjalan ka Alifia memberi penjelasan padaku apa saja yang harus aku lakuakan. Tak lama, yang ditunggu-tunggu itu pun datang, dengan jaz dan kemeja yang sama ketika pertama kali aku melihatnya, tersungkir senyum dari bibirnya yang seketika membuatku gemetar –entah perasaanku tak karuan, terlebih ketika dia mulai melontarkan pertanyaan-pertanyaan umum perihal aku dan seminar ketika di ruang UKS. Sulit ku deskripsikan! Oh iya, mahasiswa UGM  itu bernama Ahmad Sofyan, yang takku sangka sebelumnya kalau beliau adalah adik kandung dari kak Surya.

Setelah selasai perihal tanda tangan, kuantarkan mereka menuju ruang seminar. Duduk di barisan kursi belakang, menyimak nasihat bijak pembicara. Kak Sofyan –pemuda yang dari sudut pandangku, terlihat berwibawa dan bijaksana ini, membuka sesi pertama seminar. Yang sejujurnya tak sepenuhnya perhatianku terarah padanya, karena perasaan tak enak untuk mengacuhkan kakak OSIS disebelahku yang mengajakku berbincang serius tentang OSIS angkatanku (MITRA MUDA). Ku dengar bicaranya menyebut nama ku dalam seuntai kalimat yang kalo tidak salah berbunyi “saya suka berkelana, pindah-pindah. Oh iya, tadi juga ada yang namanya Finda kan?” haha ya, serentak aku kaget, ketika aku melihat kearahnya, banyak teman-teman yang mengenalku dan mereka tersenyum
kepadaku -entahlah apa maksud mereka, mungkin meledek :|. Saat di UKS, kedua kakak-adik ini memang sudah menyinggung untuk meledekku nanti, huh sungguh menyebalkan.


Ya, tentunya dengan perhatian yang terbatas, pun ilmu yang ku dapat tak maksimal. Ilmu yang kira-kira terekam, kurang lebih seperti ini: Yang terlihat tidak mungkin bisa saja mungkin, Tuhan-mu, Orangtua-mu,  Ihtiar dan Tawakal-mu! Itu! Ya tambahan dari saya intinya saat teman-teman SNMPTN nanti, pikirkanlah pilihan yang realistis bagi teman-teman, bukan pilihan yang membuat teman-teman akan gagal, memang faktor lucky. Optimis boleh, tapi realistislah. Karena kita hidup di dunia nyata, bukan dunia dongeng!
Entahlah padahal saya sendiri masih siswa, tapi kenapa bisa berpikir begitu.
Kak Sofyan sangat menginspirasi atas tindakannya sehingga berhasil mengenakan almamater Universitar termahsur bumi gudeg, -dan ini yang semakin membuat aku yakin, bahwa tindakan sering  menghasilkan inspirasi, tapi inspirasi jarang menghasilkan tindakan.


Kini sang pembicara utama pun tiba pada waktunya, waktunya untuk memberikan pencerahan, motivasi, ilmu, dan berbagi untuk para peserta. Di awal pembicaraannya, selalu dia berkata “Ibu saya selalu bilang, Fajar ketika kamu ingin berbicara perkenalkan diri dulu” ya seperti itu kira-kira. Lalu kak Surya memperkenalkan dirinya, 4-5-6 itu yang paling aku ingat, kelahiran 5 Juni 1994. Aku sangat memperhatikan kak Surya, namun kak Surya tak pernah memperhatikanku, dia hanya sesekali membuang pandangannya ke arahku, itupun hanya untuk memvariasikan pandangannya. Huft.
Tak ku izinkan siapapun menggangu konsentrasiku. Bukan rahasia lagi di kalangan OSIS, kalau aku sangat mengidolakan kak Surya. Ya, walau sebenarnya materi yang ku dapat dari kak Surya rata-rata sudah ia tulis dalam bukunya –oh iya FYI, saya adalah OSIS angkatan 2013/2014 satu-satunya yang memiliki buku kak Surya- dan beberapa sudah ku dapat ketika pra-LDKO. Selalu mejadi gelas yang kosong adalah jalan keluar  #Sikap.


Setelah azan zuhur, sesi pertama seminar pun selesai. Isoma time! Sekitar pukul 13.00 sesi kedua dimulai. Sesi ini pun, tak ku sia-siakan, oleh kak Sofyan lagi, dan ini menjadi ajang pembalasan dari ketidaksempurnaan materi yang kuterima di sesi pertama! Hahaha! Usai menyimak materi dari kak Sofyan, kebosanan pun menggalaui jiwa ini, pun jika aku pergi ke luar ruangan  itu sama saja dengan menambah kegalauan jiwa ini. Baiklah, dalam kerisauan ini, aku memutuskan untuk melakukan beberapa hal; keluar duduk di kursi regist, dan menjaili teman yang berada disana. Ya, di sesi kedua, aku sengaja lewatkan Kak Surya, aku lakukan supaya tak terjadi kekisruhan disana akibat virus bosan yang menggila. Oke ini berlebihan.

Aku lihat sang adik di belakang kursi regist. Ketika ia tengah sendiri, aku coba tanyakan hal-hal kecil tentangnya.  Dari obrolan-obrolan kecil, mulai dari lingkar keluarga, sampai dengan hal yang juga aku sukai yaitu menulis, akhirnya pertama hanya aku, lambat laun banyak teman-teman yang mulai datang dan ikut duduk di ubin bersamaku mendengar cerita Kak Sofyan. Tak terasa aku begitu hanyut dalam perbincangan itu, perbincangan kaku yang maknanya tak dapat ku deskripsikan. Mungkin ketika itu juga, hatiku seolah memetamorfosiskan perasaannya. 

Tidak ada kebahagiaan dibanding hari itu, aku benar-benar merasakan kesenangan, keharuan, kebanggaan pada hari itu. Yaps, senang sekali!!

Demikian aku menceritakan sedikit pengalamanku mengenai cinta yang tak tertanda. Aku tak berharap ini menjadi awal sebuah rasa yang salah, salah dalam penempatan, semoga aku tak benar punya rasa pada salah satu diantara keduanya, hanya kagum, cukup. Aku tidak tahu jalan mana yang ditempuh untuk menegakkan kalimat “Aku Tidak Sungguh-Sungguh Jatuh Cinta”, namun apa salahnya kalau pun itu benar adanya? Meski kelak di suatu masa, destinasi jodoh akan hadir. Waallahu’alam. *Mikir keras! Abaiakn Paragraf ini, pergi dan lupakan.

Namun bagiku rasa senang itu seketika berubah menjadi mendung pekat pada hawaku -kebetulan di luar juga sedang mendung bersama air deras- berfoto bersama mereka, dan bepisah ketika itu juga. Di balik kata terima kasih untuk seminar hari  ini, terselip doa di dalam sana, semoga ini bukan pertemua pertama dan terakhir kita semua, tapi awal dalam ukhuwah islam nan indah. Ini adalah sebuah pengalaman yang terlalu buruk untuk tidak diceritakan. Thanks for Days!! Sampai bertemu di puncak kesuksesan kakak-kakak ku!
                                                                                                                                                                                                  

Komentar